
Penulis: Marcia | Editor: Agnes
Memiliki sahabat yang pengertian dan menyenangkan adalah hal paling berharga. Setiap ada masalah atau kabar bahagia, kita tak akan sungkan untuk berbagi cerita ke sahabat terdekat.
Tetapi saat berpisah dengan sahabat, tentu kita akan merasa kecewa dan sedih. Momen kebersamaan, tertawa, atau menangis bersama terkenang kembali saat kita mulai rindu. Berikut ini kumpulan tentang puisi persahabatan yang menyentuh dan bisa mengembalikan memori kita.
Kawan
Karya: Toto Sudarto Bachtiar
Biasanya dia berjalan malam-malam
Menggigil karena angin terlalu tajam
Orang-orang memandangnya dengan membelalak
Tapi aku tidak
Apa yang tak memikatnya sampai ke hati
Lampu dan bintang-bintang menyala tinggi
Matanya sayu membelai semua yang berjalan
Perempuan-perempuan, anak-anak berkejaran
Kalau malam putus asa tambah menurun
langkahnya pun bertambah berat berembun
Kadang-kadang dia berhenti, melihat padaku
Kami sama-sama tersenyum pahit pilu
Aku tak perlu tahu dia siapa
Tapi kami pernah sama mencintai malam
Aku dan dia tak ada bedanya
Hidup keras indah menari depan mata.
Siap Sedia
Karya: Chairil Anwar
Tanganmu nanti tegang kaku
Jantungmu nanti berdebar berhenti
Tubuhmu nanti mengeras batu
Tapi kami sederap mengganti
Terus memahat ini Tugu
Matamu nanti kaca saja
Mulutmu nanti habis bicara
Darahmu nanti mengalir berhenti
Tapi kami sederap mengganti
Terus berdaya ke Masyarakat Jaya.
Suaramu nanti diam ditekan
Namamu nanti terbang hilang
Langkahmu nanti enggan ke depan
Tapi kami sederap mengganti
Bersatu maju, ke Kemenangan.
Darah kami panas selama
Badan kami tertempa baja
Jiwa kami gagah perkasa
Kami akan mewarna di angkasa
Kami pembawa ke Bahgia nyata.
Kawan, kawan
Menepis segar angin terasa
Lalu menderu menyapu awan
Terus menembus surya cahaya
Mamancar pencar ke penjuru segala
Riang menggelombang sawah dan hutan.
Segala menyala-nyala!
Segala menyala-nyala!
Kawan, kawan
Dan kita bangkit dengan kesedaran
Mencucuk menerang hingga belulang.
Kawan, kawan
Kita mengayun pedang ke Dunia Terang!
Teman Lama
Karya: Joko Pinurbo
Ia muncul begitu saja di ambang pintu setelah lama
tidak bertemu. Matanya terkejut, kepalanya bergoyang
kena hantam dentang jam di dinding ruang tamu.
“Maafkan aku, kawan. Sekian tahun tak jumpa,
aku mampir ke rumahmu hanya untuk numpang
ke kamar mandi. Boleh, kan?”
Petang itu saya sedang melamun di halaman koran.
“Silahkan,” jawab saya singkat. Lalu ia meluncur cepat
ke kamar mandi. Entah apa yang ia perbuat.
Dari jauh berkali-kali saya mendengar ia mengumpat,
meneriakkan bangsat, jahanam, keparat.
Usai bergiat di kamar mandi, wajahnya dibalut misteri.
“Setelah menjadi bintang panggung yang sukses,
aku merasa ngeri dengan topeng culun di dinding
kamar mandimu. Wajahnya sinis, dan aku tersinggung:
kok tampang kami tampak makin akur saja.”
Bukankah dia sendiri yang dulu menghadiahkan
topeng itu kepada saya? Saya periksa si culun,
wajahnya tetap saja begitu: dingin, menggoda, pemalu.
Jangan-jangan tampang waktu memang bisa tampak
berbeda-beda, tergantung siapa yang melihatnya,
tergantung siapa yang dilihatnya.
Tentang Kawan
Karya: Sutan Iwan Soekri Munaf
Seperti meniti jalan setapak ditemani udara basah aroma pepohonan dan dingin: Tidak ada lagi kawan
Seperti melangkah di tengah gurun pasir dan mentari menertawai setiap fatamorgana yang terjadi: Tak ada lagi kawan
Seperti malam beranjak dihadang subuh dan lamat-lamat suara dedaunan berdesiran dibelai angin: Tak ada lagi kawan
Seperti pagi kehilangan embun pada setiap rerumputan dan siang kehilangan mentari di antara seribu derap mobil tua menyemprotkan asap solar ke tengah kita: Tak ada lagi kawan
Seperti kata menanam makna dalam-dalam: Tak ada lagi kawan
Itulah kumpulan puisi tentang persahabatan yang sangat menyentuh. Jangan lupa untuk selalu mendoakan sahabat dan jalin komunikasi di manapun mereka berada ya, Ladies!
Baca Juga:
Patah Hati? Berikut 5 Puisi Cinta Sedih yang Bikin Mewek