
Penulis: Aniesa | Editor: Agnes
Pernikahan dengan adat Jawa memiliki rangkaian acara dan ritual yang cukup rumit, tetapi juga unik. Dalam rangkaian tersebut, salah satu di antaranya bernama midodareni. Apa itu midodareni?
Midodareni berasal dari kata widodari yang berarti ‘bidadari’. Prosesi yang juga disebut sebagai pangarip-arip tersebut adalah ritual dalam pernikahan adat Jawa yang dilakukan pada satu malam menjelang pernikahan. Ritual tersebut dilakukan setelah calon mempelai wanita melakukan upacara siraman.
Dalam midodareni, calon mempelai pria beserta keluarganya akan datang ke rumah calon mempelai wanita sambil membawa seserahan yang berisi pakaian, alas kaki, alat kosmetik, buah-buahan, dan makanan. Namun, calon mempelai pria dilarang melihat calon istrinya karena wanita tersebut “disembunyikan” dalam kamar. Ladies penasaran sejarahnya? Simak sampai habis ya!
Sejarah Midodareni
Midodareni konon berasal dari legenda Jaka Tarub dan Dewi Nawangwulan. Kala itu, Dewi Nawangwulan dan bidadari lainnya turun dari khayangan untuk menyambangi seorang wanita yang akan menikah, yaitu Nawangsih. Mereka datang ke kamarnya dan mengubah penampilannya menjadi lebih cantik.
Dari kisah tersebut, masyarakat Jawa percaya bahwa para bidadari juga akan mendatangi putri mereka yang akan menikah. Itulah sebabnya calon mempelai wanita dipingit dan dilarang bertemu calon suaminya. Ia akan diberi petuah oleh orang tua dan saudara perempuannya yang sudah menikah tentang cara menjadi istri dan menjalani rumah tangga dengan baik.
Susunan Acara Midodareni dan Maknanya
1. Jonggolan (Nyantari)
Jonggolan atau njonggol berarti ‘menampakkan diri’. Dalam acara yang disebut juga sebagai nyantari tersebut, calon pengantin pria akan menampakkan diri atau datang ke rumah calon mertua. Makna dari acara ini yaitu untuk menunjukkan bahwa calon pengantin pria dalam keadaan baik dan sehat, serta siap untuk menikahi putri keluarga tersebut.
2. Tantingan
Susunan acara selanjutnya adalah tantingan. Calon mempelai pria akan ditanyai sekali lagi terkait kemantapan hatinya untuk menikahi calon istrinya. Setelah itu, orang tua calon mempelai wanita akan menanyakan hal yang sama pada putrinya. Calon mempelai wanita hanya boleh berada di kamar. Hanya saudara dan tamu perempuan yang boleh melihatnya.
3. Pemberian Catur Wedha
Setelah kedua calon mempelai mantap untuk menikah, sang ayah dari calon mempelai wanita akan memberikan wejangan pada calon mempelai pria. Wejangan yang disebut catur wedha tersebut berisi empat pedoman hidup dari orang tua untuk rumah tangga anaknya kelak.
4. Wilujeng Majemukan
Ritual midodareni ditutup dengan acara wilujeng majemukan, yaitu pertemuan para orang tua calon mempelai. Dalam acara ini, para orang tua tersebut akan merelakan anak-anaknya untuk menikah dan berumah tangga.
Orang tua calon mempelai wanita kemudian menyerahkan angsul-angsulan sebagai balasan dari seserahan yang diberikan calon mempelai pria. Angsul-angsulan berisi makanan, kancing gelung atau pakaian, dan sebuah pusaka sebagai simbol pelindung bagi rumah tangga kedua mempelai kelak.
Itu tadi sejarah, susunan acara, dan makna dari ritual midodareni. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi Ladies yang ingin melaksanakan pernikahan dengan adat Jawa, ya.
Baca Juga:
7 Makna Seserahan Pernikahan dan Lamaran yang Penuh Makna
Jangan Sembarangan Pakai, Ini Letak Cincin Tunangan dan Artinya